Tuesday, December 8, 2009

Berbagi oleh-oleh dari Luar Negeri


Salah satu yang menarik apabila kita atau teman kita baru pulang dari luar negeri selain oleh-olehnya adalah berbagi cerita atau pengalaman saat berkunjung ke negara tersebut. Banyak hal yang bisa diceritakan mulai dari jenis-jenis makanan, harga-harga, hotel, tempat-tempat wisata, orang-orang ataupun kejadian-kejadian menarik lainnya. Banyak hal-hal yang membuat kita takjub betapa hebatnya kehidupan di sana tetapi terkadang ada juga sedikit yang membuat kita takjub dengan negeri sendiri.

Entah mengapa, dari sekian pengalaman baik pribadi maupun orang lain yang pernah berkunjung ke Singapura, Malaysia, Australia, Amerika ataupun negara-negara Eropa, hampir rata-rata menggambarkan kehebatan negara-negara tersebut terutama dari budaya dan sikap masyarakat. Hal ini tercermin dari budaya antri, kebersihan, keteraturan dan disiplin yang tinggi. Memang miris melihat hal ini di Indonesia, negeri dengan anugerah yang sangat besar dari Tuhan berupa sumber daya alam yang melimpah, tidak disertai dengan perilaku individu dan masyarakat yang berbudaya tinggi.

Sebagai contoh adalah bagaimana masyarakat di Sydney Australia benar-benar memperhatikan lingkungannya. Pohon-pohon di sana benar-benar dijaga dan dirawat. Bahkan bentuk-bentuk rumah di sana, banyak yang tidak simetris atau persegi sempurna karena mengalah kepada pohon yang tumbuh besar di sekitarnya. Orang-orang lebih memilih menggeser atau merubah struktur bangunan daripada menebang pohon yang tumbuh besar di sana. Mereka peduli karena sudah menjadi budaya, bukan karena berbagai aturan yang melarangnya. Berbeda sekali mungkin pada sebagian besar masyarakat Indonesia yang tentunya lebih memilih menebang pohon daripada menggeser atau merubah struktur bangunannya. Alih-alih mengalah bahkan mungkin merasa beruntung bisa mendapatkan kayu gratis dari pohon yang ditebang.

Berbeda lagi pengalaman saya di Singapura, negara tetangga terdekat kita, yang mempunyai tata kelola negara teratur dan terbaik di dunia. Saat saya mengelilingi kota dengan kendaraan, terlihat semua jalan beraspal sangat mulus. Bahkan di jalan-jalan kecil sekalipun jalanan terlihat mulus tanpa ada genangan air walaupun hujan pada saat itu. Setelah saya tanyakan kepada supir bis yang membawa saya, bahwa pemeliharaan jalan di Singapura sangat diperhatikan. Pemerintah melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala, bahkan terhadap jalan-jalan yang masih baik tetapi diperkirakan akan rusak dalam 1 sd 3 bulan ke depan. Dengan wilayah sebesar DKI Jakarta, mungkin pemerintah Singapura tidak seberat pemerintah Indonesia dalam memperhatikan infrastruktur seperti ini. Tetapi apapun alasannya, seharusnya kita mencoba dengan cara yang sederhana sekalipun melakukan hal-hal seperti tidak mengotori jalanan dengan bebatuan atau pasir dengan cara menutup secara rapi bak truk-truk pengangkut pasir atau tanah, membatasi pekerjaan proyek galian atau proyek bangunan di pinggir jalan dengan pembatas yang tinggi sehingga tidak ada lagi material proyek yang mengotori jalan, menutup tumpukan tanah atau pasir dengan plastik atau terpal sehingga jalan tetap bersih tidak berdebu. Masih banyak contoh yang ditiru dari negeri singa ini, kenapa tidak kita mulai mencobanya dari sekarang !!

No comments: