Monday, December 7, 2009

Bersyukur setiap saat

Mengapa manusia dilanda kegelisahan di saat-saat tertentu? Mengapa manusia sering dilanda putus asa menghadapi masalah yang tak kunjung selesai? Mengapa banyak manusia yang bunuh diri padahal manusia terlahir ke dunia diikuti dengan isak tangis kebahagiaan, dan perjuangan untuk terus hidup sampai akhir hayat.

Semua kegelisahan, semua keputusasaan dan perbuatan aniaya bermuara kepada masalah hati dan pikiran. Kalau kita hubungkan dengan agama yang kita anut, sudah jelas bahwa apapun yang terjadi terhadap kita sebagai manusia adalah suatu takdir ilahi yang harus kita terima sebagai bagian dari hidup dan kehidupan itu sendiri. Ibaratnya berani hidup harus berani menanggung resiko hidup. Harus bisa menerima kesenangan tetapi dalam saat yang sama juga harus siap menerima kesedihan dan penderitaan.

Susah senang, bahagia penderitaan adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Bagi orang yang beriman, tidak ada bedanya antara kesenangan dan penderitaan. Semuanya adalah ujian yang diberikan Allah SWT untuk menentukan bagaimana kadar keimanan masing-masing yang kelak nanti akan dihisab dan diberi ganjaran berupa surga untuk yang lulus dan neraka bagi yang tidak lulus. Namun sebagian besar manusia bahkan yang beragama sekalipun banyak yang gagal dalam menjalani ujian ini. Faktor utamanya adalah sifat hedonis yang melekat pada diri manusia. Apalagi dalam kondisi dunia saat ini yang semakin modern dalam kacamata materialisme. Semua kesenangan dan kebahagiaan ditakar dengan materi, seberapa banyak uang yang tersimpan, seberapa banyak bisnis yang digeluti, seberapa banyak property yang dimiliki dan simbol-simbol keduniaan lainnya yang membuat manusia semakin terpacu untuk mengejarnya.

Sifat hedonisme yang makin meningkat tidak terimbangi oleh peningkatan nilai spiritual dalam individu seorang manusia akan memunculkan gejala-gejala psikis yang rawan terjadinya stres. Apalagi dalam kondisi ini, nilai-nlai spiritual sering dikecohkan oleh aktivitas-aktivitas bisnis yang menggunakan spiritual sebagai kedoknya. Akhirnya esensi spiritualitas yang didasari oleh Agama tidak mengena dalam hati dan pikiran. Agama yang dijadikan simbol tingkat spiritual seseorang hanya menjadi simbol, keilmuan dan ritualitas belaka. Padahal Agama diciptakan Tuhan untuk dijadikan Way of Life agar manusia bisa selamat di kehidupan dunia dan akherat.

Sudah jelas, ingin hidup selamat Dunia Akherat pakailah Agama. Bersyukurlah setiap saat dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun. Berpikirlah hidup jauh ke depan melewati dimensi waktu (dunia) sehingga hal-hal kecil yang mengganggu perjalanan kita ini akan terasa ringan. Hidup adalah anugerah yang diberikan khusus oleh Tuhan untuk hambanya yang sanggup memikulnya. Jadikan hidup ini lebih berarti lebih manfaat dan lebih bernilai dalam pandangan Allah SWT.

No comments: