Monday, December 7, 2009

Latah dalam Bisnis

Latah dalam kamus bahasa Indonesia berarti gerakan atau ucapan seseorang yang dipicu oleh lingkungannya secara seketika. Latah merupakan tingkah laku yang sering menghinggapi para artis sekarang ini. Walaupun terlihat konyol dan memalukan, namun para artis sengaja mempertontonkan kelatahannya dengan versi masing-masing. Yang paling terkenal adalah bagaimana latahnya Mpo Ati yang sering dipermainkan oleh para Host di Televisi.

Ternyata latah juga menghinggapi kalangan bisnis sekarang ini. Tengoklah di kota manapun sekarang ini bermunculan waralaba-waralaba apakah itu produk makanan, titipan kilat, jasa laundry dll. Semuanya seolah tidak menghiraukan seberapa besar pangsa pasar yang tersedia, seberapa besar profit yang akan diperoleh dan bagaimana cara untuk menjadi pemenang dalam pasar dan segmentasi konsumen yang sama.

Persis yang saya alami saat ini. Di kota Tasikmalaya, yang mulai ramai dengan berbagai produk makanan ini, saya mencoba terjun ke dalam produk kuliner yaitu bakmi jawa. Dengan berbekal franchise yang didapatkan dari seorang mentor saya di entrepreuneur university, saya dirikan bakmi jawa di kota Tasikmalaya. Alhamdulillah, respon pasar cukup baik ditandai dengan peningkatan penjualan dari hari ke hari.

Usaha yang dijalankan dengan modal pas pasan, berdua dengan istri mencoba memasarkan produk khas jawa ini kepada masyarakat Tasik yang notabene sebagian besar Sunda. Tentu saja ada sedikit inovasi produk dari aslinya, dimana kami membuat menu khusus yang dirancang agar lebih familiar dengan lidah orang Sunda. Dan ternyata hal ini cukup berhasil dan menunjukan trend yang positip.

Namun kondisi ini hanya seumur jagung, sebulan kemudian munculah pesaing baru kami yaitu Bakmi Yogya cabang dari Bandung. Spanduk promosi dari pesaing muncul dimana-mana sehingga sempat membuat kami khawatir. Apalagi tempat para pesaing lebih strategis dan cukup representatif. Satu dua minggu pertama kemunculan pesaing, berdampak langsung terhadap penjualan kami. Omzet langsung turun 50% dan kami terus melakukan evaluasi dan langkah-langkah antisipatif.

Satu persatu langkah-langkah antisipatif kami jalankan dan Alhamdulillah pasar kembali merespon walaupun tidak setinggi saat awal bisnis kami. Franchisor sekaligus mentor pun tetap memberikan semangat dan menasehati kami untuk tetap menjaga kualitas produk kami. Cara sederhana untuk menilai kualitas adalah dengan melihat apakah makanan yang kami sajikan ludes habis atau banyak yang tersisa. Kalau makanan sebagian besar atau seluruhnya ludes berarti tidak ada masalah dan kami fokus kepada bagaimana meningkatkan pemasaran.

Mungkin hikmah dari fenomena latah ini, bagi kami adalah bahwa sekali terjun ke dalam bisnis apapun jangan pernah lengah sekalipun, waspadai pesaing, tingkatkan kekuatan dan kurangi kelemahan. Satu lagi manfaat dari begitu banyaknya pesaing adalah pangsa pasar makin besar dan makin banyak. Tinggal kita jeli memanfaatkannya.

No comments: